This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 06 November 2023

COVID 19 (novel coronavirus)

 


Apakah novel coronavirus?
 

Novel coronavirus (CoV) adalah galur baru dari coronavirus.

Penyakit ini, yang disebabkan oleh novel coronavirus yang pertama kali diidentifikasi di Wuhan, Tiongkok, diberi nama coronavirus disease 2019 (COVID-19) –  'CO' berasal dari corona, 'VI' berasal dari virus, dan 'D' berasal dari disease (penyakit). Sebelumnya, penyakit ini disebut dengan '2019 novel coronavirus' atau '2019-nCoV.'

COVID-19 adalah virus baru yang berasal dari satu keluarga yang sama dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan beberapa jenis flu biasa.

Bagaimana novel coronavirus dapat menyebar? 

Virus ini ditularkan melalui kontak langsung dengan percikan dahak dari orang yang terinfeksi (melalui batuk dan bersin), dan jika menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus. Virus ini dapat bertahan selama beberapa jam di permukaan, tetapi disinfektan sederhana dapat membunuhnya.

Apa saja gejala novel coronavirus? 




Demam                                        Batuk                                     Sesak nafas

Pada kasus yang lebih parah, infeksi dapat menyebabkan pneumonia atau kesulitan bernapas. Walaupun jarang terjadi, penyakit ini bisa berakibat fatal.

Gejala-gejala ini mirip dengan flu (influenza) atau pilek biasa, yang jauh lebih umum daripada COVID-19. Untuk itulah diperlukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui apakah seseorang menderita infeksi novel coronavirus. Penting untuk diingat bahwa langkah-langkah pencegahan utamanya sama – sering cuci tangan, menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin dengan bagian dalam siku atau dengan tisu, lalu buang tisu ke dalam tempat sampah yang tertutup. Selain itu, tersedia juga vaksin untuk flu – jadi pastikan Anda dan anak Anda mendapatkan vaksin flu yang sudah diperbarui. 

Bagaimana mengantisipasi penularan novel coronavirus? 

1. Cuci tangan pakai sabun dan air secara rutin atau dengan cairan pembersih tangan berbasis alkohol.
2. Tutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin dengan siku bagian dalam atau tisu, lalu segera buang tisu.
3. Hindari kontak dengan siapapun yang menunjukkan gejala seperti demam atau flu.
4. Jika Anda atau anak Anda demam, batuk, atau kesulitan bernapas, segera cari bantuan medis.

Apakah saya harus menggunakan masker? 

Penggunaan masker medis disarankan jika Anda memiliki gejala pernapasan (batuk atau bersin) untuk melindungi orang lain. Jika Anda tidak memiliki gejala apa pun, maka tidak perlu menggunakan masker.

Jika Anda menggunakan masker, pastikan masker dipakai dan dibuang dengan benar untuk menjaga efektivitasnya dan untuk menghindari risiko penularan virus.

Penggunaan masker saja tidak cukup untuk menghentikan infeksi dan harus dikombinasikan dengan sering mencuci tangan, menutupi bersin dan batuk, dan menghindari kontak dekat dengan siapa pun yang memiliki gejala flu (batuk, bersin, demam).

Apakah novel coronavirus berdampak pada anak-anak?  

Mengingat virus ini adalah virus baru, kami belum tahu pasti bagaimana virus ini dapat berdampak pada anak-anak atau ibu hamil. Yang kami ketahui, orang-orang dari segala usia dapat terinfeksi virus ini, tetapi sejauh ini hanya ada sedikit kasus novel coronavirus yang dilaporkan terjadi pada anak-anak. Dalam situasi yang jarang terjadi, virus ini berakibat fatal, dan sejauh ini kasusnya hanya terjadi pada orang tua dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya.

Apa yang harus saya lakukan jika anak saya memiliki gejala novel coronavirus? 

Anda harus segera mencari perawatan medis, tetapi perlu diingat bahwa gejala novel coronavirus, seperti batuk atau demam, sangat mirip dengan gejala flu atau pilek biasa – yang lebih sering terjadi. 

Tetap lanjutkan praktik menjaga kebersihan yang baik, seperti rutin cuci tangan, dan memastikan anak Anda mendapatkan vaksin flu yang sudah diperbarui – agar Anak Anda terlindungi dari virus dan bakteri lain yang menyebabkan penyakit.

Sama halnya dengan infeksi pernapasan lainnya seperti flu, segera cari perawatan medis jika Anda atau anak Anda mengalami gejala, dan cobalah untuk tidak pergi ke tempat-tempat umum (tempat kerja, sekolah, angkutan umum), untuk mencegah penyebaran ke orang lain.

Apa yang harus saya lakukan jika ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala infeksi?

Anda harus segera mencari perawatan medis jika Anda atau anak Anda mengalami demam, batuk, atau kesulitan bernapas. Beri tahu tenaga kesehatan jika Anda telah bepergian ke suatu daerah yang ada infeksi novel coronavirus, atau jika Anda telah melakukan kontak dengan seseorang yang telah melakukan perjalanan dari salah satu daerah yang terjangkit dan memiliki gejala pernapasan.

Langkah pencegahan apa yang harus saya ambil jika keluarga saya hendak melakukan perjalanan?

Siapapun yang merencanakan perjalanan ke luar negeri harus mengecek anjuran perjalanan dari negara tujuan, apakah ada pembatasan masuk, persyaratan karantina ketika masuk, atau anjuran perjalanan lain yang relevan. 

Selain mengambil tindakan pencegahan perjalanan standar, dan untuk menghindari Anda dikarantina atau ditolak masuk kembali ke negara asal Anda, pastikan Anda mengecek data terbaru terkait COVID-19 di situs Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional, yang memuat informasi seputar daftar negara dan langkah pencegahan. 

Saat bepergian, orang tua harus mengikuti anjuran kebersihan diri untuk diri mereka dan anak-anak mereka: rutin cuci tangan pakai sabun atau cairan pembersih tangan berbasis alkohol minimal 60%, tutupi mulut dan hidung dengan bagian dalam siku atau tisu ketika batuk atau bersin, lalu segera buang tisu yang telah digunakan, dan hindari kontak langsung dengan orang yang sedang batuk atau bersin. Selain itu, orang tua juga disarankan untuk selalu membawa cairan pembersih tangan, tisu sekali pakai, dan tisu disinfektan. 

Rekomendasi tambahan termasuk: membersihkan tempat duduk, sandaran tangan, layar sentuh, dan lain-lain, dengan pembersih disinfektan satu kali ketika berada di dalam pesawat terbang atau kendaraan lain. Gunakan pembersih disinfektan juga untuk membersihkan permukaan kunci, gagang pintu, remot kontrol, dan lain-lain, ketika berada di hotel atau akomodasi lain tempat Anda dan anak-anak tinggal.

Apakah ibu hamil dapat meneruskan coronavirus ke anaknya yang masih berada di dalam kandungan?

Sampai saat ini, belum ada bukti yang cukup untuk menentukan apakah virus ini dapat ditularkan ibu ke bayinya selama di dalam kandungan, ataupun apa dampak lainnya yang bisa dialami bayi. Hal ini sedang dalam penelitian lebih lanjut. Ibu hamil harus menerapkan tindakan pencegahan yang tepat dan mendapatkan perawatan medis segera jika mengalami gejala yang mirip dengan gejala infeksi novel coronavirus, seperti demam, batuk, dan sesak napas.

Apakah aman bagi ibu untuk menyusui jika mereka terinfeksi atau diduga terinfeksi?

Semua ibu yang berada di daerah yang terjangkit atau memiliki risiko tinggi infeksi harus segera mencari perawatan medis jika mengalami gejala demam, batuk, atau sesak napas.

Mengingat menyusui memiliki banyak manfaat dan tidak ada pengaruh signifikan dari transmisi virus penyakit pernapasan melalui ASI, ibu dapat terus menyusui. 

Akan tetapi, tindakan pencegahan harus diambil karena ada risiko penularan dari ibu ke bayi melalui percikan napas dan kontak langsung, begitu juga secara tidak langsung melalui permukaan yang terkontaminasi. Gunakan masker saat menyusui, cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui, dan bersihkan permukaan yang terkontaminasi. 

Jika ibu sakit, ibu tetap perlu didorong untuk mengeluarkan ASI dan memberikannya kepada anak melalui cangkir bersih dan/ atau sendok – sambil tetap melakukan tindakan pencegahan lainnya.

Haruskah saya meminta anak saya untuk tidak pergi ke sekolah dulu? 

Jika anak Anda memiliki gejala infeksi, segera cari perawatan medis, dan ikuti instruksi dari petugas layanan kesehatan. Selain itu, sama halnya dengan infeksi pernapasan lainnya seperti flu, berikan waktu untuk anak Anda beristirahat di rumah selama ia memiliki gejala infeksi, dan hindari pergi ke tempat-tempat umum untuk mencegah penyebaran ke orang lain.

Jika anak Anda tidak menunjukkan gejala-gejala seperti demam atau batuk – dan kecuali jika ada himbauan atau peringatan resmi dari Dinas Kesehatan yang mempengaruhi sekolah anak Anda  – langkah terbaik adalah tetap meminta anak Anda untuk pergi ke sekolah. 

Daripada meminta anak Anda tidak sekolah, ajari mereka praktik-praktik menjaga kebersihan yang baik untuk diterapkan di sekolah dan di tempat lain, seperti rutin mencuci tangan, menutupi batuk atau bersin dengan bagian dalam siku atau tisu, lalu membuang tisu ke tempat sampah yang tertutup, tidak menyentuh mata, mulut atau hidung mereka jika mereka belum mencuci tangan dengan benar.

Apa yang sudah UNICEF lakukan untuk membantu?  

Pada bulan Maret 2020, Pemerintah Indonesia dengan cepat telah meningkatkan upaya untuk mengatasi meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di Indonesia. UNICEF sebagai mitra pemerintah dalam menangani COVID-19, mendukung otoritas nasional dan lokal dengan komunikasi risiko untuk memberikan pesan pencegahan kepada masyarakat, seperti rutin cuci tangan pakai sabun; mendukung persiapan dan peluncuran protokol kesehatan untuk memastikan kesinambungan layanan kesehatan dan gizi esensial; mengembangkan panduan untuk sekolah dan sekolah di rumah untuk memastikan kelangsungan pendidikan; dan memberikan panduan perlindungan anak untuk membantu pihak berwenang memperkuat langkah-langkah perlindungan untuk anak-anak.

Petugas kesehatan telah menerima peralatan medis di gudang Kementerian Kesehatan di Jakarta. Peralatan medis ini, termasuk barang-barang seperti masker, sarung tangan, termometer, dan peralatan pelindung diri, adalah pengiriman pertama dari dua pengiriman yang dijadwalkan UNICEF Warehouse di Kopenhagen untuk mendukung Otoritas kesehatan Indonesia dalam menangani COVID-19.

UNICEF Indonesia bekerja sama dengan beberapa mitra - termasuk Kantor Staf Presiden, Kementerian Kesehatan, WHO Indonesia, PulseLab, Mafindo, dan lainnya - untuk mengadakan listening di social media, penyebaran informasi, dan pencegahan hoax dan respons terkait COVID-19 di Indonesia.

UNICEF Indonesia juga bekerja sama dengan U-Report Indonesia untuk meluncurkan poling dalam rangka mengurangi kekeliruan informasi, menyediakan informasi penting bagi anak muda seputar gejala, penularan, dan pencegahan COVID-19. Poling ini berhasil mengumpulkan lebih dari 3.800 respons dalam waktu tiga hari.

Di manakah saya bisa mendapatkan informasi perkembangan terkini dan materi edukasi tentang novel coronavirus?

Rabu, 30 Agustus 2023

STOMATITIS (sariawan)

 


A. pengertian

Sariawan atau stomatitis aphtosa adalah luka atau peradangan di bibir dan di dalam mulut. Luka ini dapat menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman. Meski sering dianggap sepele, sariawan dapat terasa mengganggu saat penderitanya sedang makan, minum, atau bicara. 

Meski bentuknya serupa, sariawan dan herpes oral merupakan kondisi yang berbeda. Herpes oral umumnya terdapat di permukaan bibir, sedangkan sariawan terdapat di dalam mulut. Selain itu, herpes oral dapat menular dengan mudah, sedangkan sariawan biasanya tidak menular.

B. Penyebab dan Gejala Sariawan

Sariawan dapat disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari beberapa kondisi berikut:

  • Cedera, misalnya karena tergigit atau salah dalam menyikat gigi
  • Infeksi jamur, virus, atau bakteri di mulut atau di bagian tubuh lain
  • Penyakit autoimun, seperti lupus
  • Kondisi tertentu, seperti perubahan hormon, kekurangan nutrisi, stres, kebiasaan merokok, dan faktor keturunan

Sariawan bisa berbentuk oval atau bulat, berwarna putih atau kuning dengan tepian berwarna merah, dengan ukuran dan jumlah yang bervariasi.

C. Pengobatan dan Pencegahan Sariawan

Umumnya, sariawan tidak perlu diobati dan akan sembuh dengan sendirinya dalam 1–2 minggu. Pasien bisa melakukan penanganan secara mandiri di rumah untuk meredakan nyeri, misalnya dengan mengompres bagian yang terasa sakit dengan es batu.

Jika sariawan tidak juga membaik, pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter, agar mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan penyebab sariawan yang dialami.

Agar sariawan tidak muncul kembali, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegahnya, yaitu:

  • Menjaga kesehatan gigi dan mulut
  • Menyikat gigi secara teratur dan benar
  • Memeriksakan gigi dan mulut secara rutin
  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang

PERIODONTITIS

 



1. Pengertian

Periodontitis adalah infeksi gusi yang merusak gigi, jaringan lunak, dan tulang penyangga gigi. Periodontitis harus segera diobati karena dapat menyebabkan komplikasi serius.

Periodontitis merupakan salah satu komplikasi dari radang gusi (gingivitis) yang tidak terobati. Jika kondisi ini terjadi dalam jangka panjang, jaringan di sekitar gusi dan gigi akan rusak sehingga menyebabkan gigi tanggal. Pada kasus yang parah, periodontitis dapat menyebabkan kemunculan abses atau kumpulan nanah di gigi.

2. Penyebab Periodontitis

Periodontitis bermula dari penumpukan plak di gigi. Plak ini terbentuk akibat interaksi sisa-sisa makanan dengan bakteri yang normalnya hidup di mulut. Jika tidak dibersihkan, plak tersebut akan mengeras dan membentuk karang gigi yang menjadi media bakteri berkembang biak.

Seiring waktu, bakteri di karang gigi tadi akan menghasilkan racun yang dapat menyebabkan peradangan dan iritasi gusi di sekitar gigi (gingiva). Jika tidak segera diobati, radang gusi tersebut dapat menyebabkan terbentuknya celah di gusi yang memisahkan jaringan gusi dengan gigi.

Celah tersebut menyebabkan bakteri dapat menginfeksi lebih dalam lagi sehingga merusak jaringan dan tulang di dalam gusi. Selain bisa menyebabkan gigi tanggal, radang gusi yang terus terjadi juga dapat melemahkan daya tahan tubuh.

3. Faktor risiko periodontitis

Selain radang gusi yang tidak terobati, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena periodontitis, yaitu:

  • Obesitas
  • Faktor genetik
  • Kekurangan nutrisi, termasuk vitamin C
  • Kurang menjaga membersihkan gigi dan mulut
  • Kebiasaan merokok atau mengunyah tembakau
  • Konsumsi obat-obatan yang mengurangi produksi air liur
  • Perubahan hormon saat menstruasi, masa kehamilan, atau menopause
  • Penyakit tertentu, seperti Down syndrome, penyakit Crohn, diabetes, dan rheumatoid arthritis
  • Kondisi yang menurunkan sistem imun tubuh, seperti menderita leukemia, HIV/AIDS, atau sedang menjalani kemoterapi

4. Gejala Periodontitis

Gejala periodontitis bisa beragam dan tergantung pada perkembangan peradangan yang terjadi gusi dan gigi. Namun, ada beberapa gejala atau keluhan yang umum dialami oleh penderita periodontitis, yaitu:

  • Nyeri saat mengunyah
  • Penumpukan plak dan karang pada gigi
  • Jarak antara satu gigi dan gigi lainnya terasa renggang
  • Gusi menyusut sehingga membuat gigi terlihat lebih panjang
  • Gusi berwarna kemerahan atau keunguan
  • Gusi terasa nyeri jika disentuh
  • Gusi bengkak dan mudah berdarah
  • Keluarnya nanah dari batas gigi dan gusi
  • Gigi goyang atau tanggal
  • Gigi sensitif
  • Napas berbau tidak sedap

Senin, 21 Agustus 2023

KARIES GIGI




1. PENGERTIAN KARIES

Karies gigi adalah kondisi di mana lapisan keras di luar gigi (email) terkikis oleh bakteri yang memproduksi asam. Hal ini dapat menyebabkan lubang kecil pada gigi dan dapat merusak jaringan gigi yang lebih dalam apabila tidak segera ditangani.

 

Karies gigi adalah masalah yang sebenarnya cukup umum terjadi pada banyak orang, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.


2.PENYEBAB KARIES

Karies gigi terjadi ketika bakteri pada gigi menumpuk dan menimbulkan pembentukan plak, sehingga menyebabkan demineralisasi atau hilangnya komposisi mineral. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko karies gigi adalah sebagai berikut:

 

  • Mulut kering. Pada kondisi ini, produksi air liur di dalam mulut menjadi berkurang. Padahal, air liur dapat membantu mencegah kerusakan gigi dengan membersihkan sisa makanan dan plak yang menempel di gigi. Apabila produksi air liur menurun, maka tingkat asam dan bakteri di mulut akan meningkat, sehingga risiko gigi berlubang semakin besar.
  • Sering mengonsumsi makanan manis. Bakteri mendapatkan energi dari makanan manis yang masuk ke dalam mulut. Ketika sering mengonsumsi makanan manis, bakteri akan memiliki lebih banyak energi untuk menghasilkan asam. Selain itu, gula yang menempel di gigi juga mempermudah pembentukan plak dari bakteri.
  • Lokasi gigi. Sering kali gigi berlubang terjadi di area geraham karena area tersebut memiliki banyak celah yang membuat sisa makanan mudah menyangkut. Di samping itu, letaknya yang jauh di belakang sering kali membuat area ini sulit terjangkau sikat gigi, sehingga sisa makanan menumpuk lebih banyak.
  • Penyakit GERD. Penyakit ini dapat memicu karies gigi akibat asam lambung yang naik ke kerongkongan. Asam tersebut dapat mengalir ke mulut dan menimbulkan kerusakan di lapisan enamel gigi.
  • Gangguan makan. Pasalnya, pengidap anoreksia sering kali melakukan diet secara ekstrem sehingga kekurangan nutrisi yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan gigi, seperti vitamin B, kalsium, dan zat besi. Sementara itu, pengidap bulimia kerap memuntahkan makanannya, sehingga mendorong asam lambung naik ke kerongkongan sampai mulut dan memicu kerusakan pada gigi.
  • Faktor usia. Kondisi ini diketahui lebih sering terjadi pada anak-anak dan lansia. Karies gigi pada anak umumnya disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi makanan manis. Sedangkan, karies gigi pada lansia dipicu oleh menurunnya kekuatan gusi akibat proses penuaan.


3. GEJALA KARIES 

Gejala karies gigi bisa saja berbeda pada setiap orang, tergantung dari tingkat keparahannya. Namun, beberapa gejala umum akibat karies gigi adalah sebagai berikut:

  • Mengalami bau mulut.
  • Nyeri pada gigi secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas.
  • Muncul lubang yang tampak jelas di gigi.
  • Gigi menjadi lebih sensitif.
  • Gigi terasa nyeri saat mengonsumsi makanan manis, dingin, atau panas.

4. CARA MENGATASI KARIES

Perawatan karies gigi bisa dilakukan dengan prosedur tambal gigi di dokter. Prosedur ini biasanya diterapkan pada kondisi karies gigi yang belum terlalu dalam dan parah. Tujuan tambal gigi adalah menutup karies agar tidak semakin menyebar ke bagian gigi lainnya.

 

Sementara itu, jika kondisi karies gigi sudah cukup parah, biasanya dokter akan mencabut gigi pasien. Tindakan ini merupakan solusi terakhir untuk perawatan karies gigi apabila pengobatan lainnya tidak efektif. Kemudian, dokter juga memberikan obat antibiotik untuk mencegah infeksi.


Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya karies gigi adalah sebagai berikut:

 

  • Membersihkan gigi dengan sikat dan benang gigi, setidaknya dua kali sehari.
  • Berkumur dengan obat kumur yang mengandung fluoride atau menggunakan air garam.
  • Membatasi konsumsi makanan dan minuman manis.
  • Melakukan perawatan gigi dengan antibakteri.
  • Menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride.
  • Melakukan pemeriksaan gigi secara rutin setidaknya 6 bulan sekali.

 

Itulah penjelasan mengenai beberapa penyebab karies gigi dan cara mengatasinya. Karies gigi berpotensi menyebabkan kerusakan gigi yang lebih parah. Maka dari itu, apabila Anda mengalami keluhan terkait kesehatan gigi, segera konsultasikan kondisi tersebut dengan dokter gigi agar mendapatkan penanganan secara tepat.